Sabtu, Mei 08, 2010

Prosedur Diagnosis Klinik Orthodonsia

Prosedur diagnosis ortodonsia diperlukan untuk mendapatkan atau memperoleh diagnosis yang tepat dari suatu maloklusi gigi. Beberapa analisis yang diperlukan meliputi : analisuis umum, analisis local, analisis fungsional serta analisis model.
1. Analisis Umum
a. Identifikasi pasien.
Meliputi nama pasien, jenis kelamin, umur, tanggal lahir, tempat tinggal (alamat) dan nama orang tua.
b. Analisis umum.
Bertujuan untuk mendapatkan riwayat kesehatan atau medical history dari penderita saat masih dalam kandungan sampai pada saat penderita datang ke klinik. Beberapa pertanyaan yang bisa ditanyakan pada penderita (didampingi orang tua) adalah penyakit yang pernah diderita pada saat balita sampai sekarang, penyakit yang pernah diderita orang tua saat mengandung, pernahkah dilakukan operasi yang melibatkan daerah dento-facial, trauma yang melibatkan daerah dento-facial , proses kelahirannya (ada tidaknya trauma saat itu), kesehatan umum penderita saat ini, adanya perawatan khusus yang pernah dilakukan sehubungan dengan penyakit tertentu, pernah dilakukan rawat inap karena penyakit tertentu, adanya malformasi yang didapat secara herediter atau congenital, adanya beberapa alergi yang diderita, adanya kelainan dari saluran pernafasan, berapa tinggi badan dan berat badan, berasal dari kebangsaan atau suku mana, motivasi penderita datang ke klinik untuk perawatan ortodonsia.
2. Analisis Lokal
a. Ekstra Oral
Pemeriksaan ektra oral yang meliputi yang pertama adalah tipe profil. Tipe profil terdiri dari tiga macam yaitu cekung, lurus dan cembung. Adapun cara pemeriksaannya dilihat dari arah samping oenderita kemudian ditarik garis imaginer yang menghubungkan antara titik glabella-lip contour-symphisis. Tipe profil lurus apabila titik glabella-lip contour-symphisis berada dalam satu garis lurus, berarti tipe profil cekung apabila symphisis lebih ke anterior dibandingkan glaella dan lip contour. Sedangkan tipe profil cembung apabila symphisis lebih ke posterior dibandingkan titik glabella dan lip contour.
Pemeriksaan kedua adalah pemeriksaan tipe kepala yang terdiri dari tiga macam yaitu, Bracychephalic, Dolicocephalic dan Mesocephalic. Tipe kepala ini berhubungan denan tipe muka dan bentuk lengkung geligi. Adapaun cara pemeriksaannya adalah penderita didudukkan pada posisi paling rendah, kemudian dilihat dari atas dan diukur perbandingan antara panjang dan lebar kepala. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan Indeks Cepahlic (IC).
Indeks kepala = Lbr kepala (B) (jrk bizigomatik supra mastoideus) x 100
Panjang kepala (A) (Jarak Gl –Oc)
Klasifikasi indeks kepala :
Hipo Dolikosepali : < 70,0
Dolikosepali (kepala panjang sempit) : 70,0 – 74,9
Mesosepali (kepala sedang ) : 75,0 – 79,9
Brahisepali (kepala lebar persegi) : 80,0 – 84,9
Hiper Brahisepali : > 84,9

Tipe Brachycepalic mempunyai tipe muka lebar dan pendek, sedangkan bentuk lengkung geliginya lebar. Tipe Dolicochepalic mempunyai tipe muka dan bentuk lengkung geligi yang panjang dan sempit dan tipe Mesocephalic mempunyai tipe muka dan bentuk lengkung geligi yang berbentuk parabola.
Tipe skelet terdiri dari ektomorfik, Mesomorfik dan Endomorfik
b. Pemeriksaan Intra Oral
Pemeriksaan intra oral terdiri dari pemeriksaan jaringan mukosa, mulut, lidah, palatum, kebersihan rongga mulut, frekuensi karies dan fase geligi. Warna jaringan mukosa mulut merah muda, demikian juga gingival berwarna merah muda, kontur mengikuti lengkung geligi, relative flat, konsistensi kenyal serta permukaannya membentuk stippling pada attached gingival. Lidah diperiksa besarnyalidah ; normal atau makoglosia. Pemeriksaan palatum dilakukan untuk melihat bentuk palatum apakah palatumnya tinggi dan sempit, hal ini berkaitan dengan salah satu tanda terjadinya maloklusi. Kebersihan rongga mulut, jika kebersihan rongga mulutnya sangat kurang maka perlu untuk dirujuk ke bagian pedodonsia atau periodonsia untuk dilakukan pembersihan rongga mulut sebelum dilakukan perawatan ortodonsia. Demikian juga dengan frekuensi karies, jika frekwensi karies tinggi perlu untuk drujuk ke bagian pedodonsia atau koservasi. Fase geligi terdiri dari tiga yaitu fase geligi sulung (5-6 tahun), fase geligi pergantian muda (6-8 tahun), fase geligi pergantian lanjut (8-12) dan fase geligi permanen (12-20 tahun)
c. Pemeriksaan rontgen foto
Tujuannya untuk mengetahui benih gigi antara lain, posisi benih gigi, ukuran benih gigi, bentuk benih gigi, urutan erupsi, ada tidaknya gigi impaksi, gigi kelebihan atau kelainan periodontal.
3. Analisis Fungsional
Analisis fungsional meliputi free-way space, path of closure, sendi TMJ dan pola atrisi.
a. Freeway Space
Freeway space adalah jarak inter oklusal pada saat mandibula dalam posisi istirahat. Adapaun cara pengukurannya ada;ah penderita didudukkan dalam posisi isirahat, kemudian ditarik garis yang menghubungkan antara titik di ujung hidung dan ujung dagu (paling anterior) dan dihitung berapa jaraknya, kemudian penderita dalam keadaan oklusi sentries, kemudian ditarik garis yang menghubungkan antara titik ujung hidung dan ujung dagu (paling anterior) dan dihitung berapa jaraknya. Nilai FWS = jarak pada saat posisi istirahat dikurangi jarak pada saat oklusi sentries. Nilai normal menurut Houston (1989) = 2-3 mm.
Nilai FWS perlu diketahui dan dapat digunakan sebagai panduan untuk melakukan atau pemberian peninggian gigit di posterior sehubungan dengan adanya gigitan terbalik anterior. Apabila FWS lebih besar daripada tumang gigit maka tidak perlu diberi peninggian gigit posterior. Sedangkan bila FWS lebih kecil daripada tumpang gigit maka perlu diberi peninggian gigit posterior.

b. Path of Closure
Path of closure adalah gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju oklusi sentries. Path of closure ditakan normal apabila gerakan mandibula ke atas, ke muka dan belakang. Sedangkan yang tidak normal apabila terdapt deviasi mandibula dan displacement mandibula.
Cara pemeriksaannya adalah penderita didudukkan pada posisi istirahat, dilihat posisi garis mediannya, penderita diinstruksikan untuk oklusi sentries dari posisi istirahat dan dilihat kembali posisi garis mediannya. Apabila posisi garis mdian pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentries tidak terdapat pergeseran berarti tidak ada gangguan path of closure dan apabila posisis garis median pada saat posisis istirahat menuju oklusi sentries terdapat pergeseran berarti terdapat gangguan path of closure.
c. Sendi Temporo Mandibula (TMJ)
Cara pemeriksaannya adalah penderita didudukkan pada posisi istirahat, diletakkan kedua jari telunjuk operator di bagian luar meatus acusticus externa kiri dan kanan penderita dan penderita diinstruksikan untuk membuka dan menutup mulutnya. Apabila tidak terasa adanya krepitasi saat palpasi di bagian luar meatus acusticus externa atau bunyi clicking pada saat mebuka dan menutup mulut erarti pola pergerakan TMJ normal.
d. Pola Atrisi.
Pola atrisi dikatakan tidak normal apabila terjadi pengikisan dataran oklusal gigi permanen pada usia fase geligi pergantian.
4. Analisis Model
Analisis model meliputi antara lain pemeriksaan bentuk lengkung geligi, jumlah lebar 4 incisisve rahang atas, diskrepansi model, kurve of spee, pergeseran gigi-gigi, relasi geligi rahang atas terhadap geligi rahang bawah, relasi gig anterior rahang atas dan rahang bawah dan klasifikasi maloklusi menurut angle.
a. Jumlah lebar 4 insisisv rahang atas.
Cara pengukurannya adalah dikur masing-masing lebar mesio-distal pada lengkung terbesar dari ke-4 inssive rahang atas kemudian dijumlahkan/ apabila jumlahnya : 28-36 mm, berarti normal, kurang dari 28 mm disebut mikrodonti dan bila lebih dari 36 mm disebut makrodonti.
b. Diskrepansi pada Model (DM)
Diskrepansi model adalah selisih antara tempat yang tersedia dan tempat yang dibutuhkan yang diukur berdasarkan model studi. Tujuan pengukuran adalah untuk menentukan adaya kekurangan atau kelbihan tempat dari gigi gelgi berdasarkan model stud yang akhirnya untuk menentukan macam perawatan yang dilakukan pada maloklusi yang ada.
Cara pengukuran DM :
Tempat yang tersedia (available space) = mm
Tempat yang dibutuhkan (Required spcae) = mm

Mm
• Tempat yang Tersedia (Available Space)
Adalah tempat yang ada disebelah mesial gigi molar pertama permanen kiri sampai mesial gigi milar pertama permanen kanan untuk tempat tumbuhnya gigi permanen pengganti dalam lengkung yang benar (Profitt dan Ackerman, 1986)
Cara Pengukuran :
Pengukuran lengkung geligi dimulai sisi mesial gigi molar pertama permanen kiri sampi mesial gigi molar permanen kanan melalui titik kontak atau fissure gigi molar pertama permanen melalui titik kontak atau fissure gigi posterior dan incisal edge gigi anterior pada sudut inklinasi yang benar. Ada 2 macam pengukuran (Profitt dan Ackermant, 1989) :
1. Lengkung gigi dibagi beberapa segmen yang membentuk garis lurus mulai dari mesial gigi molar pertama permanen kiri sampai mesial gigi molar pertama permanen kanan melalui titik kontaknya, kemudian diukur berapa jaraknya tiap segmen dengan menggunakan jangkayang kedua ujunnya runcing dan dijumlahkan.
2. Dengan menggunakan wire yang dilengkungkan di lengkung gigi mulsi mesial gigi molar pertama permanen kiri sampai mesial gigi molar pertama permanen melalui fissure gigi posterior dan insisal edge gigi anterior pada sudut inklinasi yang benar, kemudian hasil lengkungan wire diukur jaraknya.
• Tempat yang dibutuhkan (Required Space)
Adalah tempat yang dibutuhkan untuk gigi permanen pengganti untuk erupsi dalam lengkung yang benar (Profitt dan Ackermant, 1989)
Cara pengukuran :
Menghitung jumlah lebar mesi-distal pada lengkung yang terbesar gigi permanen pengganti (gigi permanen mulai dari mesial gigi molar pertama kiri sampai mesial gigi molar pertama permanen kanan)

c. Kurve of Spee
Adalah merupakan garis imaginer yang ditarik dari incisal edge gigi incisive pertama sampai molar kedua permanen rahang bawah, dlihat dari arah sagital berdasarkan model studi. Ada 3 macam yaitu datar, positif dan negative. Cara pemeriksaannya adalah ditarik garus imaginer yang menghubungkan antara insisal edge gigi insisf pertama sampai molar kedua permanen rahang bawah. Kurve of Spee datar apabila garis imaginer rahang bawah membentuk garis lurus. Sedangkan kurve of spee positif apabila garis imaginer dari incisal edge gigi incisive pertama samapi molar kedua permanen rahang bawah membentuk garis cekung. Kurfe of spee negative, apabila garis imaginer dari incisal edge gigi incisive pertama sampai molar kedua permanen rahang bawah membentuk garis cembung.
d. Pergeseran gigi-gigi
Cara pemeriksaannya adalah dengan menggunakan simetroskop yang diletakkan ditengah garis median gigi pada model studi, kemudian dibandingkan antara gigi senama kiri dan kanan.
e. Gigi terletak salah
Dilihat melalui 3 bidang orientasi yaitu bidang horizontal, bidang sagital dan bidang transversal.
f. Pergeseran garis Median Terhadap Muka
Cara pengukurannya adalah penderita diinstruksikan dalam posisi oklusi sentries ditarik garis imaginer yang menghubungkan antara Glkabella-Philtrum-Symphisis (merupakan garis median muka) kemudian diproyeksikan kegaris median gigi, kemudian gambaran yang didapat dari penderita dipindahkan ke model studi penderita serta dicatat kunci oklusinya. Apabila garis median gigi berada dalam satu garis lurus dengan garis median gigi berada tidak dalam satu garis lurus dengan garis median muka, berarti terjadi pergeseran garis median.
g. Kelainan Kelompok Gigi
Kelainan keompok gigi meliputi : berdesakan adalah gigi yang terletak saling tumpang tindih. Supraposisi : gigi yang erupsi melebihi garis oklusi. Infraposisi : gigi yang erupsi tidak mencapai garis oklusi. Retrusi : sekelompok gigi yang mengalami linguoversi/palatoversi. Protrusi : sekelompok gigi yang mengalami labioversi.
h. Relasi gigi geligi rahang atas terhadap rahang bawah
• Dari arah sagital
Relasi gigi kaninus dan molar adalah neutroklusi, distoklusi, mesioklusi, gigitan tonjol dan tidak ada relasi. Gigi kaninus dikatakan tidak ada relasi apabila salah satu gigi kaninus masih gigi sulung, kedua gigi kaninus masih gigi sulung, salah satu gigi kaninus permanen belum erupsi kedua gigi kaninus permanen belum erupsi. Demikian juga dengan gigi molar dikatakan tidak ada relasi apabila salah satu gigi molar pertama belum erupsi, kedua gigi molar pertama permanen belum erupsi, salah satu ggi milar pertama permanen sudah tanggal, keduagigi molar pertama permanen sudah tanggal.
• Dari arah transversal
Normal : gigitan fisura luar rahang atas
i. Relasi geligi anterior rahang atas dan rahang bawah
Tumpang gigit/over-bite adalah jarak vertical antara tepi incisal incisive rahang atas terhadap tepi insisal rahang bawah serta jarak gigit/overjet adalah jarak horizontal antara tepi incisal incisive rahang atas terhadap bidang labial incisive rahang bawah.
j. Klasifikasi Maloklusi menurut Angle
Klasifikasi maloklusi menurut angle dilihat berdasarkan relasi gigi molar pertama permanen dan kaninus permanen rahang atas terhadap gigi molar pertama permanen dan kaninus permanen rahang bawah. Terdapat tiga klasiifkasi yaitu, Klas I, Klasi II Angle : Klas II/1 dan klas II/2 serta klas III Angle
Maloklusi Angle Klas I yaitu jika gigi-gigi molar posisinya baik, dan jika kedua lengkung gigi atas dan bawah menutup dengan posisi oklusi yang baik, tonjol mesiobukal gigi molar pertama atas mempunyai relasi mesiodistal yang normal terhadap groove mesiobukal gigi molar pertama bawah.
Maloklusi angle klas II, yaitu jika gigi-gigi molar terletak dalam posisi yang baik pada rahang masing-masing dan dalam oklusi sentrik, lengkung gigi bawah beroklusi di sebelah distal terhadap lengkung gigi atas. Hal ini ditunjukkan dengan relasi tonjol mesiobukal gigi molar pertama atas paling sedikit beroklusi pada satu setengah lebar tonjol terhadap lekukan di antara gigi premolar kedua dan gigi molar pertama.
Maloklusi klas III yaitu bila posisi gigi-gigi molar terhadap rahang masing-masing normal, kemudian dalam oklusi sentrik lengkung gigi beroklusi kearah mesial terhadao lengkung gigi atas. Selanjutnya tonjol mesiobukal gigi molar pertama atas beroklusi paling sediit setengah tonjol alur distobukal gigimolar pertama bawah.



BAB III
PEMBAHASAN

HASIL PEMERIKSAAN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Penderita : Alya Ferari
Kelamin : Perempuan
Umur, Tanggal Lahir : 10th, 16 Oktober 2000
Nama Orang Tua/Wali: Dedy Sumadji
II. ANALISIS
2.1 Analisis Umum
Riwayat Penderita :
– Pernah mengalami sakit cacar saat kelas 2
– Pernah sakit gigi dan giginya putus kemarin
– Pernah ke dokter gigi 1x dan hanya diberi obat
– Sikat gigi 2x sehari saat mandi pagi dan menjelang tidur
– Pernah sakit demam 1x dan dibawa ke dokter saat kenaikan kelas 4
Berat Badan : 23 kg
Tinggi Badan : 128 cm
Kebangsaan/suku : Jawa
Bentuk Skelet : Mesomorfik
Penyakit Anak-anak : -
Allergi : -
Kelainan Endokrin : -
Operasi : tidak pernah
Tonsil : ada
Kelainan sal.pernafasan : tidak ada
Ciri keluarga : Ibu gigi berdesakan
Lain-lain : -
Pada semua perawatan gigi yang lainnya, dibutuhkan sejumlah informasi mengenai pasien. Perawatan ortodonsi tidak bisa dianggap sebagai suatu bagian tersendiri, tetapi harus dipertimbangkan sebagai bagian dari program perawatan gigi secara keseluruhan. Di sini diperlukan informasi mengenai usia pasien dan tingkat kesadarannya mengenai masalah yang dialaminya, setiap perawatan gigi yang sudah pernah dijalaninya, dan sikap pasien terhadap perawatan, selain riwayat medik dan kondisi kesehatan. Rincian dari kondisi kesehatan rongga mulut, diet, dan kebiasaan pasien dalam membersihkan mulutnya juga berperan penting. Jika pasien masih anak anak, perlu juga untuk memeriksa tingkat kesadaran orangtua dan sikapnya terhadap perawatan.
Semua informasi ini mempunyai manfaat. Usia pasien berperan penting dalam mengaitkan antara perkembangan umum dan gigi dengan usia kronologis, dan dalam menentukan laju pertumbuhan serta tahap maturitas. Usia juga penting dalam memilih saat terbaik untuk melakukan perawatan. Perawatan yang pernah dijalani pasien, kesehatan mulut, sikap dan kesadarannya, semuanya penting, meskipun temuan yang negatif dalam kaitannya dengan hal-hal tersebut tidak selalu berarti kontraindikasi hagi perawatan ortodonsi. Kesehatan rongga mulut bisa diperbaiki dan sikap diubah, jika dirasakan perlu. Kemungkinan untuk melakukan hat ini perlu dipertimbangkan sewaktu memilih bentuk perawatan ortodonsi.
Kondisi kesehatan umum pasien kadang-kadang juga mempengaruhi keputusan mengenai perlunya perawatan ortodonsi. Pasien dengan serangan epilepsi yang tidak terkontrol tidak mungkin dirawat dengan pesawat lepasan. Pencabutan gigi-gigi atau pemakaian pesawat tertentu mungkin tidak dianjurkan untuk beberapa penderita penyakit darah. Pasien yang kondisinya sangat di bawah normal barangkali tidak akan bisa mengendalikan pesawat jenis apapun. Pada kasus semacam ini dan pada kondisi¬-kondisi lainnya yang tertentu, rencana perawatan ortodonsinya Perlu dimodifikasi atau ditunda berdasarkan pada informasi yang diperoleh mengenai kesehatan umum pasien
2.2 Analisis Lokal
Extra Oral
1. Tipe Profil : lurus
Tipe profil terdiri dari tiga macam yaitu cekung, lurus, dan cembung. Adapun cara pemeriksaannya dilihat dari arah samping penderita, kemudian ditarik garis imaginer yang menghubungkan antara titik glabella-lip contour-symphisis.
Tipe profil lurus, apabila titik glabella- lip contour- symphisis berada dalam satu garis lurus, dan tipe profil cekung apabila symphisis lebih ke anterior dibandingkan glabella dan lip contour. Sedangkan tipe profil cembung apabila symphisis lebih ke posterior dibandingkan titik glabella dan lip contour.
2. Tipe muka : sempit
Tipe Brachycephalic mempunyai tipe muka lebar dan pendek, sedangkan lengkung giginya lebar. Tipe Dolicocephalic mempunyai tipe muka dan bentuk lengkung geligi yang panjang dan sempit, dan tipe Mesochephalic mempunyai tipe muka dan bentuk lengkung geligi yang berbentuk parabola.
3. Tipe kepala
Tipe kepala terdiri dari tiga macam yaitu Brachicephalic, Dolicocephalic, dan Mesocephalic. Tipe kepala ini berhubungan dengan tipe muka dan bentuk lengkung geligi. Adapun cara pemeriksaannya adalah penderita didudukkan pada posisi paling rendah, kemudian dilihat dari atas dan diukur perbandingan antara panjang dan lebar kepala. Pengukurannya dilakukan dengan menggunakan Indeks Cephalic (IC).
Indeks Cephalic = Lebar kepala maksimum x 100
Panjang kepala maksimum
Dikatakan : Dolicocephalic apabila IC = X – 75,9
: Mesocephalic apabila IC = 76,0 – 80,9
: Brachycephalic apabila IC = 81,0 – X
4. Bentuk muka / kepala simetris
5. Tonus otot : bibir atas normal
: bibir bawah normal
6. Fonetik normal
7. Kebiasaan jelek tidak ada

Intra Oral
Pemeriksaan intra oral dilakukan dengan cara:
1. Kebersihan Mulut (Oral Hygiene) :
Dalam keadaan baik / sedang / buruk. Hal ini dapat ditentukan dengan indeks OHIS, pasien dengan kebersihan mulutnya kemungkinan besar kebersihan mulutnya akan lebih jelek lagi slama dilakukan perawatan. Oleh karena itu motivasi menjaga kebersihan mulut perlu dilakukan sebelum dilakukan perawatan Ortodontic.
2. Keadaan Lidah
Dalam keadaan normal / makroglossia / mikroglossia. Pasien mempunyai ukuran lidah yang abnormal ditandai dengan :
a. Ukuran lidah tampak lebih besar dibandingkan ukuran lengkung gigi.
b. Dalam posisi relax dan membuka mulut, lidah terihat meluber sehingga menutup daerah oklusal gigi pada rahang bawah.
c. Pada tepi lidah terdapat bercak-bercak akibat tekanan lingual mahkota gigi
d. Gigi tampak renggang-renggang
3. Palatum
Dalam keadaan norma / tinggi / rendah / lebar / sempit. Pasien dengan pertumbuhan rahang atas kurang ke lateral memiliki bentuk palatum yang tinggi sempit, sebaliknya jika terdapat pertumbuhan yang berlebihan memiliki palatum yang lebar.
4. Gingiva
Dalam keadaan norma / hypertrophy / hypotrophy. Adanya peradangan gingival dapat ditentukan dengan gingival indeks (GI)
5. Mukosa
Dalam keadaan normal / inflamasi / atau dalam keadaan kelainan lainnya. Pasien dengan oral hygiene yang jelek biasanya memiliki mukosa dan gingival yang inflamasi dan hypertrophy.
6. Pemeriksan Gigi :
a. Rumus Gigi :
Periksa elemen gigi apa saja yang ada pada pasien. Tulislah rumus gigi sesuai dengan gigi yang telah erupsi beserta keterangan.
b. Apel Gigi :
Periksa elemen gigi yang telah dilakukan perawatan atau gigi yang tak normal.

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
V IV III II I I II III IV V
________________________________________________________
V IV III II I I II III IV V
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

c. Anomali / Malposisi :
Periksa posisi gigi secara urut sehingga dapat menentukan kesalahan letak atau kelainan pada gigi.
d. Relasi Gigi / Oklusi Sentris :
Periksa gigi dengan meminta pasien untuk melakukan oklusi sentris. Pada gigi posterior mengamati relasi gigi Molar dan pada gigi anterior mengamati relasi gigi Caninus.

2.3 Analisis Fungsional
2.4 Analisis Model
Bentuk dari lengkung gigi pasien pada rahang atas dan rahang bawah adlah normal. Jumlah lebar 4 incisivi rahang atas 35.5 mm ini adalah normal karena range normalnya 28-36 mm. Kemudian perhitungan deskripansi model yang diperoleh dari penghitungan yaitu tempat yang tersedia (avaible space) pada rahang bawah didapatkan sebesar 94 mm dan pada rahang atas sebesar 107.5mm. Tempat yang dibutuhkan sebesar (required space) pada rahang bawah didapatkan sebesar 93 mm dan pada rahang atas sebesar 117.5mm. Jadi dapat disimpulkan pada rahang atas kekurangan tempat sebesar 10 mm dan pada rahang bawah kelebihan tempat sebesar 1 mm. Pada rahang atas diperlukan ekstraksi gigi permanen untuk memberikan tempat untuk gigi yang akan erupsi dan untuk merapikan gigi-gigi yang berdesakan. Kurva spee pada ranhang atas dan rahang bawah semuanya adalah datar. Pada model gigi tidak ditemukan adanya diastema pada rahang atas maupun pada rahang bawah. Pergeseran gigi pada 1 lebih kearah mesial dibandingkan 1 . Gigi-gigi yang terletak salah pada rahang atas 1 labioversi, 2 palatoversi, 1 labioversi. Dan pada rahang bawah 2 mesiolabial rotasi eksentris, 2 mesiopalatal rotasi sentries, 1 linguoversi. Pergeseran garis median terhadap muka rahang atas sebesar 2 mm ke kiri sedangkan pada rahang bawah 1.5 mm ke kiri. Kelainan kelompok gigi yang terjadi yaitu berdesakan pada anterior rahang atas dan rahang bawah, sedangkan tidak terdapat gigi yang supraposisi, infraposisi, retrusi anterior ataupun protusi anterior. Relasi geligi rahang atas terhadap geligi rahang bawah pada bagian sagital pada kaninus kanan dan kaninus kiri tidak ada relasi karena gigi kaninus pasien masih gigi sulung. Sedangkan relasi anatara molar kanan dan molar kiri termasuk neutroklusi. Relasi geligi rahang atas terhadap geligi rahang bawah pada bagian transversal normal dan Relasi geligi anterior rahang atas dan geligi rahang bawah tumpang gigit 3 mm pada gigi incisive central kanan dan kiri ini lebih dari normal dan jarak gigit pada insiciv central kanan dan kiri sebesar 4mm lebih dari normal.


Etiologi Maloklusi
1 Kebiasaan buruk (bad habit) Kebiasaan buruk yang dimaksud adalah mengedot, menghisap jari/bibir, menyikat gigi dengan gerakan dan arah yang salah, sehingga terjadi pembusukan pada gigi yang akhirnya menyebabkan gigi berlubang.
2 Gigi berjejal (crowded teeth)
Gigi yang tumbuh dengan kondisi dempet dan tidak teratur susunannya. Hal ini disebabkan bila seorang anak dicabut sebelum waktunya dan menyebabkan keompongan dan akhirnya rahang tidak berkembang. Kondisi ini menyebabkan tempat tumbuhnya gigi tetap menjadi berkurang untuk mendapatkan posisi yang cukup.
3. Genetika (genetics) Misalnya, ibu yang memiliki gigi kecil dan bapak yang memiliki rahang yang besar, cenderung akan memiliki anak dengan rahang kecil dan giginya besar, otomatis menyebabkan gigi berjejal
4. TraumaBenturan keras pada mulut dan mencenderai rahang serta gigi, juga merupakan penyebab terjadinya maloklusi.

Klasifikasi Angle
a. Kelas 1 : Terdapat relasi lengkung anteroposterior yang normal dilihat dari relasi molar pertama permanen (netroklusi) . kelainan yang menyertai dapat berupa , misalnya , gigi berdesakan , gigitan terbua , protusi dan lain- lain . Didapatkan relasi sagital lengkung geligi dalam batasan normal. Relasi gigi posterior biasanya kelas 1 akan tetapi bila ada kehilangan prematur molar sulung , molar pertama permanen akan bergeser ke mesial sehingga relasi molar pertama permanen berubah . Maloklusi kelas 1 dapat disertai , misalnya : gigitan terbuka anterior , protusi bimaksila . Klelainan yang paling banyak adalah berdesakan , sedangkan disatema multiple yang menyeluruh jarang dijumpai . Bila terdapat letak berdesakan anterior relasi kaninus juga kadang- kadang bukan kelas 1.
Relasi skeletal biasanya kelas 1 akan tetapi kadang2 juga terdapat malrelasi skeletal ringan yang disertai kompensasi dentoalveolar .
b. Kelas 2 : Lengkung rahang bawah paling tidak setengah tonjol lebih ke distal daripada lengkung atas dilihat daro relasi molar pertama permanen ( ditoklusi)
– Kelas 2 divisi 1
Tanda-tanda maloklusi ini dapat berupa keadaan-keadaan berikut :
a) Insisisv rahang atas proklinasi
b) Jarak gigit bertambah
c) Insisiv bawah retroklinasi yang bisa terjadi bila ada kebiasaab mengisap jari , atau kadang-kadang insisiv bawah proklinasi yang merupakan kompensasi kelainan skeletalnya sehingga pada keadaan ini jarak gigit bisa tidak terlalu besar.
d) Tumpang gigit sangat bervariasi yang kemungkinan dipengaruhi relasi skeletnya tetapi kebanyakan menunjukkan pertambahan.
e) Kurva spee positif karena adanya suproposisi gigi-gigi anterior bawah.
f) Relasi molar pertama permanen biasanya kelas II
– Kelas 2 divisi 2 : insisive sentral atas retroklinasi, insisive lateral atas proklinasi, tumpang gigit besar (gigitan dalam). Jarak gigit bisa normal atau sedikit bertambah.
Relasi Skelet
Pola skelet jurusan sagital biasanya kelas I atau kelas II ringan. Dengan relasi skelet seperti ini profil biasanya dalam batas harmonis dan menyenangkan. Kelainan baru tampak bila pasien membuka mulut atau pada saat sedang tersenyum.
Dalam arah vertical terlihat tinggi muka bagian bawah rendah yang menyebabkan adanya gigitan dalam sedangkan pada beberapa kasus tinggi muka bagian bawah dalam batas normal. Sudut yang dibentuk oleh bidang Frankfurt dan garis mandibula (FMA) biasanya kecil.
Dalam arah transversal biasanya tidak didapatkan kelainan. Hanya pada kasus yang sangat jarang didapatkan adanya scissors bite ialah gigi-gigi posterior atas beroklusi di sebelah bukal gigi-gigi posterior bawah.
Path of closure
Path of closure pada maloklusi kelas II divisi 2 biasanya normal seperti maloklusi kelas I angle. Beberapa kasus yang parah dapat terjadi path of closure ke atas dank e belakang karena pada saat istirahat pasien menempatkan mandibula ke depan.
Pola Jaringan Lunak
Bibir biasanya kompeten dengan garis bibir biasanya lebih tinggi daripada normal (high lip line), bibir bawah menutupi insisiv atas lebih dari setengah insisiv atas. Beberapa pasien menunjukkan adanya lipatan labiomental yang jelas, sudut nasolabial yang besar yang disebabkan bibir atas yang lebih tegak.
Pertumbuhkembangan
Pola pertumbuhan pada pasien dengan maloklusi kelas II divisi 2 yang perlu diperhatikan adalah adanya rotasi mandibula yang menutup yang menyebabkan tinggi muka bagian bawah berkurang dan adanya gigitan dalam yang kadang-kadang sangat besar. Adanya pola pertumbuhan seperti ini tidak mendukung perawatan atau dengan kata lain menyukarkan perawatan karena dibutuhkan intrusi insisiv bawah untuk mendatarkan kurva spee.
Kesehatan Jaringan Mulut
Karena adanya gigitan dalam yang berlebihan kadang-kadang dapat menyebabkan trauma pada gingival di palatal insisivi atas dan di labial insisivi bawah. Keadaan ini sering ditemukan pada pasien yang usianya lebih tua. Dengan adanya trauma pada gingiva bila disertai kebersihan mulut yang kurang akan menyebabkan adanya keradangan di region tersebut. Karena itu, pemeliharaan kebersihan mulut menjadi hal penting untuk diperhatikan oleh pasien.
– Kelas 3 lengkung bawah paling tidak setengah tonjol lebih mesial terhadap lengkung atas dilihat pada relasi molar pertama permanen ( mesoklusi ) dan terdapat gigitan silang.
Relasi Skelet
Dalam jurusan sagital biasanya terdapat relasi skelet kelas II yang sebanding dengan keparahan relasi rahang atas dan rahang bawah. Meskipun yang tampak mempunyai kelainan adalah rahang bawah yang besar tetapi pada pemeriksaan sefalometri bisa didapatkan adanya rahang atas yang retrognatik dan pendek, posisi fosa glenoid yang lebih anterior pada basisi cranial sehingga mandibula terletak lebih anterior daripada normalnya. Basis cranial anterior biasanya pendek. Maloklusi yang terjadi lebih sering merupakan gabungan kelainan pada rahang atas, rahang bawah dan basis cranial. Maloklusi kelas III tetapi dengan relasi skelet kelas I bukan merupakan maloklusi kelas III yang sesungguhnya tetapi merupakan pseudo kelas III, kelainan gigitan silang anterior yang ada merupakan kelainan dental.
Dalam jurusan vertical tinggi muka anterior biasanya besar demikian juga sudut Frankfurt-manibula (FMA) yang menyebabkan adanya tumpang gigit yang berkurang atau adanya gigitan terbuka. Kadang-kadang ditemukan sudut yang normal atau bahkan rendah sehingga tumpang gigit juga normal atau bahkan terdapat gigitan dalam meskipun jarak gigitnya negative. Terdapat berbagai variasi tinggi muka anterior dan keadaan ini harus diperhatikan dengan saksama karena berpengaruh pada perencanaan perawatan.
Dalam jurusan transversal kadang-kadang terdapat gigitan silang posterior yang disebabkan basis rahang atas yang sempit dan basis rahang bawah yang lebar. Keadaan ini dikompensasi dengan posisi gigi posterior atasyang bukoklinasi dan gigi-gigi posterior bawah yang linguoklinasi. Tetapi apabila perbedaan lebar basis rahang atasdan bawah sangat besar keadaan ini tidak dapat dikompensasi oleh letak gigi posterior sehingga akan terdapat gigitan silang posterior.
Maloklusi kelas III dapat disebabkan adanya maksila yang kecil dan sempit sedangkan mandibula dalam batas normal tetapi sudut gonionya besar sehingga sudut Frankfurt-mandibula menjadi besar. Dapat pula disebabkan mandibula yang besar dengan sudut gonion dalam ukuran rata-rata atau kecil. Kemungkinan lain merupakan kombinasi kedua gambaran di atas.
Path of closure
Path of closure dapat normal atau kadang-kadang terjadi displacement ke anterior karena adanya gigitan edge to edge sehingga pasien memajukan mandibula untuk mendapatkan oklusi sentrik yang benar. Pada beberapa kasus terjadi overclosure pada oklusi sentrik. Kadang-kadang juga didapatkan gigitan silang posterior unilateral bila terdapat displacement mandibula ke transversal.
Jaringan Lunak
Bibir bisa tidak kompeten bila terdapat tinggi muka yang bertambah. Bibir yang tidak kompeten bisa juga didapatkan pada kasus dengan gigitan terbuka anterior. Pada saat menelan lidah dapat terletak antara insisiv atas dan bawah.
Pola Pertumbuhan
Kompensasi dentoalveolar yang terjadi selama masa pertumbuhan mencapai batas ketika terjadi growth spurt pada masa prapubertal. Mandibula bertumbuh relative lebih prognatik terhadap maksila sehingga meskipun terjadi kompensasi dentoalveolar tetapi tidak dapat mengimbangi pertumbuhan mandibula. Bila tinggi muka anterior normal atau pendek pertumbuhan seperti itu memperburuk keadaan, yaitu semakin besarnya jarak gigit yang negative. Bila tinggi muka anterior besar terdapat tendens gigitan terbuka anterior bertambah besar karena mandibula berotasi ke belakang dan hanya gigi-gigi posterior saja yang beroklusi.
Kesehatan Mulut
Displacement mandibula yang disebabkan adanya halangan oklusal dapat menyebabkan rasa sakit pada otot meskipun keadaan ini tidak selalu terjadi. Bila terdapat kontak premature pada region insisiv kemungkinan akan didapatkan resesi gingival pada satu atau beberapa insisiv. Tetapi keadaan seperti ini lebih sering ditemukan pada maloklusi kelas I dengan gigitan silang anterior pada satu insisiv atas yang terletak palatal.

1 Comment:

Lupid mengatakan...

blog ni sangat bagus

Posting Komentar | Feed

Posting Komentar



 

My Blog List

Follower

Revias Clinics Copyright © 2009 Premium Blogger Dashboard Designed by SAER