Kamis, Mei 13, 2010

Diagnosis Pedodonsia

2.1 Prosedur Diagnosa Pedodonsia
Sebelum perawatan dimulai, lakukan dahulu pemeriksaan yang teliti termasuk pembuatan radiograf yang tepat. Pemeriksaan mencakup riwayat penyakit umum, keluarga, penyakit gigi, penilaian kemampuan anak dalam bekerja sama selama perawatan, oklusi dan kemampuan melakukan perawatan mulut di rumah. ( D.B. Kennedy, 1992 :14)
Pemeriksaan
Pemeriksaan klinik
1. Pemeriksaan ekstraoral
Setiap kelainan ekstraoral yang nampak yang dicatat selama pencatatn riwayat dapat diperiksa lebih lanjut.
2. Pemeriksaan intraoral
Diharapkan agar kecemasan yang dirasakan oleh anak pada kedatangannya dapat dikurangi atau dihilangkan selama periode pencatatan riwayat. Kemudian anak juga harus duduk tenang pada kursi perawatan.
Pada anak yang sangat muda, pendekatan sebaiknya dilakukan oleh dokter gigi dengan menanyakan “berapa banyak gigimu?” dan menganjurkan mari kita hitung. Ini tentunya kurang menakutkan bagi anak-anak. Perawatan sederhana dapat dimulai dengan anak dipangku orangtua, bila anak sudah percaya diri, ia akan senang hati duduk sendiri.
Jika anak sudah besar dan tidak kooperatif setelah pencatatan riwayat dan tidak mau duduk pada kursi perawatan, lebih baik menunda pemeriksaan mulut dan mulai dengan proses pembentukan tingkah laku.
Pemeriksaan radiografi
Kadang-kadang pemeriksaan klinis dapat memberikan semua keterangan yang diperlukan mengenai pasien, di sini mungkin tidak diperlukan radiografi. Bagaimanapun juga radiografi biasanya diperlukan untuk satu atau alas an-alasan sebagai berikut :
a. Untuk mendiagnosa karies gigi pada permukaan gigi yang tidak bisa dilihat dengan pemeriksaan klinis
b. Untuk mendeteksi kelainan pada perkembangan gigi
c. Untuk menemukan gangguan kusus, misalnya kondisi jaringan periapikal yang berhubungan dengan gigi-gigi non vital atau yang mengalami trauma.
Riwayat kasus
1. Identitas anak
a. Nama (termasuk nama singkat, atau nama kecil, alamat, sekolah). Alasannya yaitu dokter gigi harus memanggil dengan nama yang disukainya, agar terasa akrab dan lebih memudahkan pendekatan. Hal ini dapat memperlancar perawatan, tigkah laku dan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan
b. Usia perlu diketahui untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisik mental anak
c. Nama orangtua
Untuk menentukan jenis perawatan yang sesuai dengan kemamupuan orangtua dan perawatn dapat disesuaikan dengan kesempatan orangtua mengantar anaknya. Alamat rumah juga perlu ditanyakan untuk memperkirakan jarak perjalanan ke klinik gigi.
Pemeriksaan sekitar mulut
Dimulai dari bentuk muka (simetris atau asimetris).
Asimetris : dapat disebabkan adanya pembengkakan ekstra oral atau memang adanya kelainan sejak lahir
Pemeriksaan rongga mulut
Pemeriksaan ini dimulai dari bibir, sudut bibir. Dengan ditemukannya kelainan di bibir dapat ditentukan rencana perawatan atau koreksi untuk memperbaiki kelainan tersebut .
Pemeriksaan frenulum digunakan untuk mengetahui bahwa perlekatanfrenulum labialis atas yang pendek dan besar dapat menyebabkan terbentuknya diastema sentral gigi atas sedangkan perlekatan frenulum lingualis yang tinggi mengakibatkan kesulitan dalam pengucapan kata.
Mukosa mulut labial dan bukal sera gingival perlu diperiksa. Perlu dicatat adanya lesi, benjolan atau ulkus, perubahan warna serta konsistensi dan stipplingnya, harus dicatat juga regio dimana lokasinya.
Bentuk lidah yang terlalu besar menunjukkan adanya bekas atau tanad gambaran gigi di pinggir lidah. Lidah kecil atau lidah yang mempunyai frenulum pendek akan menyebabkan pergerakan lidah terbatas. Anak akan mengalami gangguan dalam mengucapkan kata.
Kemudian pemeriksaan oklusi gigi, dilihat bagaimana hubungan oklusi antara gigi molar satu tetap atas dan bawah, distoklusi, mesioklusi atau cusp to cusp. Kemudian diperiksa adanya protrusi dan adanya gigi yang malposisi. Selain itu kelainan oklusi yang perlu dicatat adalah supraoklusi, deep bite, rotasi.

2.2 Perawatan Gigi Anak
Untuk Pasien
• Dental Health Education Pasien
- Petunjuk menggosok gigi
- Petunjuk flossing
- Penyuluhan diet
Untuk Masyarakat
• Kampanye kesehatan gigi Pendidikan pada taman kanak-kanak Pendidikan pada sekolah dasar Pendidikan pada klinikante- dan postnatal.

Umumnya dianggap bahwa karies gigi diawali oleh asam-asam yang dihasilkan selama degra¬dasi karbohidrat oleh bakteri dalam plak gigi. Berdasarkan hal di atas, ada dua cara penting untuk mencegah karies gigi yaitu mengatur diet karbohidrat dan membuang plak dari semua gi¬gi. Dokter gigi harus berupaya untuk mendidik pasiennya mengenai cara-cara ini dan tentu saja merupakan tanggung jawab dokter gigi untuk mendidik masyarakat. Supaya efektif, cara-cara yang digunakan pada pendidikan kesehatan gigi harus direncanakan dan dilaksanakan dengan penuh keahlian. Tujuannya haruslah tidak hanya memberi instruksi tetapi juga membujuk, keber¬hasilannya sangat tergantung pada ketulusan dan minat yang diperlihatkan oleh seluruh ang¬gota tim kesehatan gigi. (R.J Andlaw, 1992)

2.2.1 DENTAL HEALTH EDUCATION PADA PASIEN
 Petunjuk menggosok gigi
Walaupun lebih dari 5096 anak-anak di Inggris menyatakan menggosok giginya sekurang-ku¬rangnya- 2 kali sehari, kebanyakan mempunyai debris pada gigi-giginya (Todd dan Dodd,1985); hal ini menunjukkan bahwa menggosok gigi, biasanya dilakukan dengan tidak efisien. Dalam mengajar anak untuk menggosok gigi-gigi mere¬ka, tujuannya- haruslah memberi instruksi dan mendorong semangat mereka untuk menge¬luarkan semua debris dan plak dari semua per¬mukaan gigi yang dapat dijangkau. (R.J Andlaw, 1992)
Tidak mudah untuk menguasai teknik meng¬gosok gigi dan sejumlah anak tidak mempunyai ketrampilan untuk itu. Ini khususnya terjadi pa¬da anak-anak kecil di bawah usia 5-6 tahun, dan pada mereka yang cacat fisik atau mental. Untuk membantu pasien-pasien seperti di atas, dokter gigi harus melibatkan orang tua (atau pengasuh) yang harus didorong untuk menerima tanggung jawab. Anak-anak harus didorong untuk meng¬gosok gigi-giginya sendiri, orang tua juga boleh membantu. Petunjuk yang menyangkut teknik, harus diberikan pada orang tua. Sikat gigi listrik dapat pula digunakan untuk pasien-pasien tersebut.
Telah diperkenalkan beberapa teknik meng¬gosok gigi. Tidak terdapat bukti bahwa teknik yang satu lebih baik dari teknik yang lain dalam menghilangkan plak gigi, walaupun mungkin dapat diharapkan bah¬wa teknik Scrub lebih dapat masuk sulkus gingi¬va atau daerah interdental dibanding teknik yang lain. Semua teknik, kecuali teknik Scrub memerlukan ketrampilan. Memaksakan satu me¬tode yang sulit dilakukan oleh anak akan mele¬mahkan semangat anak untuk menggosok gigi. Biasanya lebih bijaksana untuk mulai dengan teknik Scrub dan memperkenalkan satu dari tek¬nik lainnya hanya bila telah terjadi kemajuan da¬lam mengembangkan minat dan kerja sama anak. Teknik Bass belakangan ini lebih disukai balk di Inggris maupun di Amerika Serikat. Jika orang tua menggosok gigi anaknya, dapat dian¬jurkan memakai metode Bass sehingga anak dapat belajar meniru teknik tersebut.

















Jika tidak diinstruksikan, biasanya anak akan meminta tolong pada orang tua untuk digosokan giginya. Pendekatan yang jauh lebih baik di¬gambarkan dalam gambar 3.3, cara ini memberi¬kan tahanan yang baik pada kepala anak sehing¬ga, orangtua lebih dapat mengendalikan segala¬nya. Orangtua harus diintruksikan untuk meng¬gunakan jari-jari tangan kiri untuk menarik pipi dan bibir anak seperlunya, supaya jangkauan si¬kat gigi lebih baik; kebanyakan orangtua tidak akan melakukan hal ini, kecuali diinstruksikan, mereka hanya akan mempergunakan tangannya untuk menahan kepala anak. Orangtua harus dinasihatkan untuk mulai menggosok gigi anak¬nya segera setelah gigi yang pertama erupsi, se¬hingga menggosok gigi dapat diterima sebagai bagian dari mandi yang rutin.















Hubungan antara menggosok gigi dan gingi¬vitis mudah didemonstrasikan; setiap dokter gigi menganggap bahwa gingivitis marginalis berhu¬bungan dengan endapan plak dan pencegahan gingivitis adalah menggosok gigi dengan efisien. Hubungan ini dikukuhkan melalui studi klinis pada orang dewasa dan anak-anak,(Koch dan Lindhe, 1965). Akan tetapi, hubungan di antara menggosok gigi dan karies gigi kurang jelas. Pada masing-masing pasien, diperkenalkannya teknik menggosok gigi yang efisien akan diikuti oleh misalnya terhentinya lesi-lesi servikal yang dini, tetapi berbagai studi pada kelompok anak hanya memperlihatkan hubungan yang lemah antara oral hygiene dan karies gigi (Andlaw, 1978; Sut Cliffe, 1983). Mungkin gosok gigi harus dilakukan dengan sangat efisien supaya mempu¬nyai pengaruh dalam mencegah karies gigi, se¬lain itu, pengaruhnya dibatasi oleh kenyataan bahwa bulu keras pada sikat gigi tidak bisa ma¬suk pada pit atau fissure yang dalam atau ruang¬ruang interdental.
 Instruksi flossing
Penggunaan dental floss memungkinkan plak dihilangkan dari permukaan aproksimal gigi yang tidak dapat dijangkau sikat gigi. Idealnya, flossing dilakukan di samping menggosok gigi sebagai bagian latian oral hygiene sehari-hari. Akan tetapi, flossing sulit dilakukan, dan me¬merlukan latihan yang lama sebelum benar-be¬nar menguasai. Kebanyakan anak memerlukan dorongan terus menerus untuk menjaga standar gosok gigi yang baik, dan oleh karena itu tidak beralasan untuk mengharapkan semua anak da¬pat melakukan prosedur tambahan yang lain. Oleh karenanya, flossing harus diperkenlkan pada anak dengan teknik yang mudah dan efisi¬en sebagai bagian dari prosedur menggosok gigi disertai dengan sedikit antusiasme. Pada mereka dapat diperlihatkan bagaimana menggunakan floss pada gigi-gigi anterior terlebih dahulu, ke¬mudian diperluas ke gigi-gigi posterior. Atau ca¬ra lain, orang tua yang termotivasi untuk meng¬gunakan floss dapat didorong untuk melakukan flossing pada gigi-gigi anaknya. Penting bagi dokter gigi atau ahli kesehatan untuk menga¬wasi prosedur ini secara berkala, karena teknik flossing yang salah dapat mengakibatkan lebih banyak kerusakan dari pada kebaikan yang di¬harapkan.
Nasihat berikut dapat diberikan pada anak dan orang tua (gambar-gambar ada di belakang).
1. Gunakan floss yang unwaxed (tidak dilapisi lilin). Floss yang waxed (dilapisi malam/lilin) dapat meninggalkan lapisan lilin pada permukaan gigi yang dapat menghambat pe¬nyerapan fluor dari pasta gigi atau pemberi¬an fluor topikal.
2. Potong floss kira-kira 30-40 cm panjangnya dan dengan ringan putar ujungnya di sekitar jari tengah.
3. Ujung jari atau ibu jari tempat floss tidak le¬bih dari 2 cm jaraknya, supaya dapat me¬ngendalikan floss dengan baik.
4. Lewatkan floss dengan perlahan-lahan mela¬lui titik kontak dengan menggerakkan floss ke arah buko-lingual sampai masuk perla¬han-lahan. Hindari pemaksaan yang kasar karena dapat membuat trauma pada papila interdental.
5. Gerakkan floss dengan perlahan-lahan ke arah okluso gingival dan buko-lingual terha¬dap tiap permukaan proksimal; floss harus dapat melebar dibawah margin gingiva.
6. Setelah melakukan flossing semua gigi-gigi, kumur mulut dengan kuat untuk mengeluar¬kan plak dan debris yang berada pada ruang interdental.












Efek flossing pada karies gigi telah diselidiki hanya pada satu penelitian terlihat bahwa insi¬¬dens karies pada permukaan aproksimal gigi molar susu berkurang setelah dilakukan flossing tiap hari selama 20 bulan oleh asisten riset. (Wright, Banting dan Feasby,1977).

 Penyuluhan diet.
Untuk kesehatan umum yang optimal diperlu¬kan diet yang baik dan seimbang, hal ini penting bagi ibu dan janin selama kehamilan dan untuk anak yang sedang bertumbuh. Akan tetapi, tidak terdapat bukti bahwa defisiensi nutrisi selama periode perkembangan gigi mempengaruhi gigi atau jaringan lunak mulut sedemikian sehingga kelak lebih mudah terkena penyakit gigi. Lain dengan kemungkinan penambahan diet dengan fluor, tidak ada anjuran khusus yang per¬lu diberikan mengenai nilai nutrisi dari diet dan hubungannya dengan kesehatan mulut.
Faktor yang paling penting dalam hubungan diet dengan kesehatan gigi adalah frekuensi kon¬sumsi makanan yang mengandung karbohidrat yang dimurnikan. Setelah makan makanan yang mengandung karbohidrat, akan dihasilkan asam dalam plak gigi (Stephan, 1940). Sewaktu asam menekan pH plak di bawah PH 5,5, terjadi demi¬neralisasi email, dan hal ini umumnya dianggap sebagai tahap awal dalam proses terjadinya kari¬es gigi. Makin sering keadaan asam di bawah pH 5,5 terjadi dalam plak, makin cepat karies terben¬tuk dan berkembang; hubungan ini telah diperli¬hatkan dalam berbagai penelitian (Andlaw, 1977). Jadi, tujuan yang paling penting dalam pe¬nyuluhan diet dalam hubungannya dengan kesehatan gigi adalah mendorong pasien me¬ngendalikan frekuensi makanan yang mengan¬dung karbohidrat.
Walaupun bakteri mulut dapat memecah ba¬nyak karbohidrat menjadi asam, akan tetapi yang paling terlibat pada karies gigi adalah suk¬rose (Rugg, Gunn dan Edgar, 1984). Sayangnya, sukrose merupakan unsur dari kebanyakan-ma¬kanan kecil.
Masalah-masalah penyuluhan diet luar biasa banyaknya. Banyak orang telah memperoleh ke¬biasaan makanan dan minuman manis sejak bayi juga makan kudapan dan menganggap ini ada¬lah normal dan merupakan kebiasaan yang da¬pat diterima. Bagi pasien merubah kebiasaan¬ ini berarti merubah dasar tabiat; Untuk merubah kebiasaan ini dokter gigi menghadapi tantangan yang besar. Agar berhasil, metode yang digunakan dalam penyu¬luhan diet harus direncanakan tidak hanya un¬tuk memberi kejelasan tetapi membujuk anak dan orang tua untuk bertindak. Setidak- tidaknya bagi anak kecil perlu keterlibatan orang tua.
Mudah untuk menjelaskan alasan-alasan me¬ngendalikan frekuensi makanan. Kepada anak dan orang tua dapat diberikan secara singkat garis besar produksi asam pada gigi (mungkin dengan peralatan visual), termasuk interaksi bakteri dan makanan dalam plak. Hal tersebut merupakan tanggung jawab dokter gigi yaitu memberi penjelasan pada pasien, akan tetapi biasanya pengaruhnya terbatas dan oleh karena itu mungkin tidak memotivasi pasien untuk memperbaiki kebiasaan dietnya. Selama ini be lum diketahui adanya metode yang dapat mem-berikan pengaruh sesuai yang diinginkan. Sebaiknya buat suatu lembaran diet, di mana orang tua diminta mencatat diet anak selama beberapa hari. Keuntungan metode ini adalah bahwa orang tua (dan anak jika cukup besar) menjadi aktif terlibat dalam mencatat diet, dan nasihat yang kemudian diberikan adalah ber¬sifat pribadi, didasarkan pada diet masing¬masing anak.
Idealnya, penyuluhan diet harus diberikan pada ibu-ibu segera setelah melahirkan anak : lebih mudah membangun kebiasaan yang baik dari pada merubah kebiasaan yang buruk di kemudian hari. Khususnya pada ibu-ibu, harus diperingatkan jangan membiarkan bayi minum dari botol tanpa batas atau menggunakan dot sebagai penenang, khususnya pada waktu ma¬lam. Karies rampant pada gigi geligi bayi disebabkan oleh kontak gigi-gigi dengan sari buah-buahan atau bahkan susu dalam waktu lama. Yang disukai bayi adalah sirup vitamin, yang mempunyai kandungan gula dan asam yang tinggi.

2.2.2 PENYULUHAN KESEHATAN GIGI PADA MASYARAKAT
Penyuluhan kesehatan gigi pada masyarakat te¬lah dilaksanakan dengan berbagai cara yang akan dibahas secara singkat di bawah ini. Setiap usaha yang dilakukan pada pendidikan kese¬hatan gigi masyarakat sangat tergantung pada tenaga kerja dan sumber dana serta prioritas yang diberikan pada aktivitas-aktivitas tersebut dalam hubungan dengan tekad pelayanan kese¬hatan gigi yang lain.
Agar dapat dimengerti, pesan-pesan kese¬hatan gigi harus sederhana. Umumnya pesan ¬pesan tersebut meliputi 4 hat berikut ini.
1. Hindari kudapan yang manis, lengket, di an¬tara waktu makan.
2. Gosok gigi secara menyeluruh sekurang¬kurangnya sekali sehari dengan pasta gigi yang mengandung fluor.
3. Fluoridasi air minum.
4. Periksakan gigi secara teratur. Kampanye Kesehatan Gigi.

 Kampanye Kesehatan Gigi
Kampanye Kesehatan Gigi telah dilakukan dari waktu ke waktu dengan berbagai variasi dan kreativitas serta dengan penuh antusiasme yang besar (Davis dan Land, 1962; Dowel, 1965). Beberapa kampanye ditujukan pada kelompok-kelompok tertentu (misal, anak-anak sekolah atau pada masyarakat). kampanye ini selalq ber¬hasil dalam merangsang minat, tetapi pengaruh¬nya terhadap kesehatan gigi masyarakat tidak pasti; setiap kemajuan yang dilaporkan terjadi dalam waktu singkat (Finlayson dan Wilson, 1962).

 Penyuluhan Kesehatan Gigi di sekolah-sekolah.
Penyuluhan kesehatan gigi paling sering dituju¬kan pada anak-anak sekolah, khususnya- anak sekolah dasar. Terbukti ada perbaikan jangka pendek tentang kesehatan gigi dan kebersihan mulut (Addy dan Edmunds, 1977; Furniss, 1978; Howat et al, 1984; Hodge et al, 1985), tetapi per¬baikan-perbaikan ini umumnya tidak menetap (Rayner dan Cohen, 1971). Penguatan yang terus menerus, tidak diragukan lagi adalah penting dan bermanfaat besar, hanya dapat dipemleh jika orangtua dapat dilibatkan. Sayangnya hal ini biasanya tidak praktis.
Akhir-akhir ini telah terjadi perubahan ter¬hadap pendekatan penyuluhan kesehatan gigi di sekolah-sekolah. Tekanannya telah berubah pa¬da pengembangan program yang dapat dikait¬kan ke dalam pekerjaan sekolah dan digunakan oleh guru-guru sekolah. Beberapa program telah dikembangkan dan ditest di Inggris. Pada seko¬lah dasar (Mc Intyre, Wight dan Blunkhorn, 1984; Towner, 1984), pada sekolah menengah (Craft et al, 1981, Arnold dan Doyle, 1984) dan dalam kelompok pra sekolah (Cmucher et al, 1985). Umumnya studi-studi ini me nunjukka bahwa program-program dapat diterima oleh para guru atau anak-anak, pengetahuan menge¬nai kesehatan gigi dapat ditingkatkan, dan bebe¬rapa perbaikan pada tingkah laku kesehatan gigi dapat diperoleh (dilihat melalui perbaikan ke-betsihan mulut dan kesehatan gusi). Pada sejum¬lah sekolah lanjutan, beberapa bulan setelah pro¬gram berakhir, hasil yang ditunjukkan adalah tetap terpeliharanya beberapa perbaikan (Craft, Croucher dan Dickinson, 1981) tetapi bukti man¬faat jangka panjang belum ada (Arnold dan Doyle, 1984).


Daftar Pustaka

Andlaw, R. J., Rock, W. P. 1992. Perawatan Gigi Anak Edisi 2, Alih bahasa : Agus Djaya. Jakarta : Widya Medika.

Grossman, I Louis, Oliet, Seymour, dan Rio, E. Del. 1983. Ilmu Endodontik Dalam Praktek, Eedisi Kesebelas. Jakarta : EGC.

http://dsccmedan.co.id/dental-health-education.html

Kennedy, D. B. 1992. Konservasi Gigi Anak Edisi 3. Jakarta : EGC.

Walton, Richard E. & Torabinejad, Mahmoud. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsi. Jakarta : EGC.

0 komentar:

Posting Komentar | Feed

Posting Komentar



 

My Blog List

Follower

Revias Clinics Copyright © 2009 Premium Blogger Dashboard Designed by SAER